Di Balik Cermin
Penulis : Early Kusuma
Malam itu, rumah tua di ujung
desa kembali ditinggali setelah bertahun-tahun kosong. Siska, seorang penulis
muda, memutuskan untuk mencari inspirasi dengan tinggal di sana sementara
waktu. Rumah itu dikenal sebagai tempat angker oleh penduduk setempat, tapi
Siska tidak mempercayai hal-hal gaib.
Saat malam mulai merambat, Siska
mulai merasakan hawa dingin yang aneh. Namun, dia mengabaikannya dan
melanjutkan menulis. Hingga tengah malam, dia mendengar suara aneh dari lantai
atas. Suara langkah kaki berat dan bisikan halus yang tidak bisa dia pahami.
Dengan rasa penasaran yang
semakin besar, Siska memutuskan untuk memeriksa ke lantai atas. Dia membawa
sebuah lilin dan perlahan menaiki tangga kayu yang berderit. Di ujung koridor,
dia melihat sebuah cermin besar yang tampak tua dan berdebu.
Tiba-tiba, cermin itu berkabut
dan sebuah bayangan muncul. Bayangan seorang wanita dengan wajah pucat dan mata
kosong menatap Siska dari dalam cermin. Wanita itu berbisik, "Tolong,
bebaskan aku."
Siska terpaku di tempatnya,
jantungnya berdegup kencang. Dia berusaha menggerakkan kakinya, tapi
seolah-olah ada kekuatan yang menahannya di sana. Bayangan di dalam cermin
mulai mendekat, tangan kurusnya mencoba menembus permukaan cermin.
Dalam sekejap, lilin di tangan
Siska padam, dan kegelapan menyelimuti ruangan. Dia merasakan napas dingin di
lehernya dan suara bisikan yang semakin keras. Dengan sisa-sisa keberanian,
Siska berteriak dan berlari turun, meninggalkan rumah tua itu.
Ketika pagi tiba, penduduk desa
menemukan Siska tergeletak di depan pintu rumah tua itu. Dia masih hidup, tapi
dalam keadaan shock dan tidak bisa berbicara. Rumah tua itu kembali kosong,
dengan cermin besar yang tetap berdiri di lantai atas, menyimpan rahasia dan
kengerian yang tidak terucapkan.
Setahun telah berlalu sejak
insiden mengerikan di rumah tua itu. Siska, yang kini tinggal bersama
keluarganya di kota, masih sering mengalami mimpi buruk. Trauma mendalam
membuatnya sulit untuk kembali menulis, dan dia memilih untuk menjalani terapi.
Pada suatu malam yang sepi, Siska
menerima telepon dari temannya, Arman, yang juga seorang penulis. Arman
mendengar tentang kejadian di rumah tua itu dan tertarik untuk menyelidikinya.
Meski awalnya ragu, Siska setuju untuk bertemu dan menceritakan semua yang
dialaminya.
Mereka bertemu di sebuah kafe
kecil. Siska tampak cemas, tapi Arman berusaha meyakinkannya bahwa segala
sesuatunya akan baik-baik saja. Arman membawa sebuah buku tua yang dia temukan
di perpustakaan desa, yang berisi sejarah rumah tua itu.
"Dalam buku ini, disebutkan
bahwa rumah itu dulu milik seorang wanita bernama Ratna. Dia adalah seorang
peramal yang dituduh melakukan praktik ilmu hitam. Warga desa marah dan
mengusirnya. Ratna menghilang, tapi sebelum itu, dia mengutuk rumahnya,"
jelas Arman.
Siska merasakan bulu kuduknya
meremang. "Apakah ada cara untuk mengakhiri kutukan itu?" tanyanya
dengan suara bergetar.
Arman mengangguk. "Di buku ini disebutkan, satu-satunya cara untuk mengakhiri kutukan adalah dengan membebaskan arwah Ratna dari cermin tempat dia terperangkap."
Setelah berdiskusi panjang,
mereka memutuskan untuk kembali ke rumah tua itu. Meski ketakutan, Siska tahu
ini satu-satunya cara untuk menghentikan mimpi buruknya.
Malam itu, mereka tiba di rumah
tua dengan membawa beberapa peralatan dan buku mantra yang ditemukan Arman.
Rumah itu masih sama seperti yang Siska ingat, sunyi dan penuh dengan aura menakutkan.
Mereka menuju lantai atas, ke tempat cermin besar berada.
Siska dan Arman menyalakan lilin
di sekeliling cermin dan mulai membaca mantra dari buku. Angin dingin tiba-tiba
berhembus, dan suara bisikan halus mulai terdengar lagi. Cermin itu berkabut,
dan bayangan Ratna muncul, tampak lebih jelas dari sebelumnya.
"Tolong, bebaskan aku,"
kata Ratna, suaranya penuh harapan.
Dengan tangan gemetar, Siska
mengikuti instruksi dari buku mantra. Dia mengucapkan kata-kata terakhir dengan
tegas, dan tiba-tiba, cermin itu bergetar hebat. Cahaya terang menyilaukan
keluar dari dalamnya, dan bayangan Ratna mulai memudar.
Seketika, suasana rumah berubah.
Hawa dingin menghilang, dan suara bisikan berhenti. Cermin itu kini tampak
biasa, tanpa bayangan atau kabut.
Siska merasakan beban berat
terangkat dari dadanya. Dia dan Arman meninggalkan rumah itu dengan perasaan
lega. Kutukan telah berakhir, dan arwah Ratna akhirnya bebas.
Setelah kejadian itu, Siska
kembali menulis, kali ini dengan inspirasi baru. Kisahnya tentang rumah tua dan
kutukan Ratna menjadi novel horor yang sukses, menginspirasi banyak orang dan
menjadi pengingat bahwa kadang-kadang, kita harus menghadapi ketakutan kita
untuk menemukan kedamaian.
-TAMAT-
Serem....
ReplyDelete