Psikopat Cantik
Penulis : Early Kusuma
Senja merayap pelan di atas langit, meninggalkan jejak keemasan yang mulai memudar di cakrawala. Di sebuah rumah besar di pinggiran kota, Nareswari, seorang wanita muda yang dikenal cantik, baik dan alim, sedang duduk di ruang tamunya. Dengan rambut terikat rapi dan pakaian sederhana, tak ada yang menyangka bahwa di balik senyum lembutnya, ada rahasia gelap yang siap meledak kapan saja.Nareswari menyusuri lorong rumahnya dengan
langkah pelan, memastikan bahwa setiap sudut bersih dan rapi. Pandangan matanya
singgah pada sebuah ruangan kecil di ujung lorong. Ruangan itu selalu terkunci
rapat, dan hanya Nareswari yang memiliki kunci untuk membukanya. Di balik pintu
itu, ada dunia lain yang tersembunyi dari pandangan orang lain. Dunia di mana Nareswari
adalah penguasa mutlaknya, tempat di mana dia merencanakan dan melaksanakan
kejahatan-kejahatan yang tak terbayangkan oleh siapa pun.
Ketika malam semakin larut, Nareswari memasuki
ruangan tersebut. Cahaya lampu remang-remang menerangi meja besar yang dipenuhi
dengan peta, foto-foto, dan catatan-catatan yang tersebar. Di sudut ruangan,
ada sebuah lemari besi yang terkunci, menyimpan bukti-bukti kejahatan yang tak
pernah diketahui oleh siapapun kecuali dirinya sendiri. Dengan tangan yang
terampil, Nareswari mulai menyusun rencana berikutnya, rencana yang akan membuatnya
semakin dekat dengan tujuan akhirnya.
Tidak ada yang tahu bahwa di balik wajah manis
dan sikap ramah Nareswari, tersembunyi sosok psikopat yang dingin dan tanpa
belas kasihan. Malam itu, rencana kejahatan berikutnya telah tersusun rapi. Nareswari
hanya tinggal menunggu waktu yang tepat untuk melaksanakan aksinya, tanpa ada
yang curiga sedikit pun.
Pagi hari di kantor Nareswari terlihat seperti
biasanya. Rekan-rekannya menyapa dengan hangat dan tersenyum padanya. Nareswari
membalas dengan senyum manis dan sapaan lembut. Tidak ada yang mencurigai bahwa
di balik senyuman itu, Nareswari telah menyusun rencana kejam untuk
menghilangkan seorang rekan kerja yang dianggapnya mengancam.
Rekan kerja itu bernama Sinta, seorang wanita
muda yang cerdas dan penuh semangat. Sinta tanpa sengaja menemukan
catatan-catatan aneh di meja kerja Nareswari saat mereka berdua lembur beberapa
minggu lalu. Nareswari yang menyadari bahwa rahasianya hampir terbongkar, mulai
menyusun rencana untuk melenyapkan Sinta.
Pagi itu, Nareswari mengajak Sinta untuk makan
siang bersama di sebuah restoran yang cukup jauh dari kantor. "Aku ingin
berbicara tentang proyek baru kita," kata Nareswari dengan senyum hangat.
Sinta, yang tidak menaruh curiga, setuju dengan senang hati.
Di restoran, Nareswari dengan hati-hati
mencampurkan racun ke dalam minuman Sinta. Dengan penuh kepura-puraan, dia
berbicara tentang rencana proyek mereka sambil menunggu racun itu bekerja.
Namun, nasib berkata lain. Sinta tiba-tiba mendapat telepon mendesak dari
kantor dan harus segera kembali, meninggalkan minumannya yang belum tersentuh. Nareswari
merasa kecewa, namun tetap tenang dan berpikir cepat untuk merencanakan langkah
berikutnya.
Sinta yang mulai merasa ada sesuatu yang aneh
dengan Nareswari, memutuskan untuk menyelidiki lebih lanjut. Dia kembali ke
kantor dan membuka laci meja Nareswari saat semua orang telah pulang. Di dalam
laci itu, dia menemukan beberapa catatan aneh yang mencurigakan. Tanpa menunggu
lama, Sinta segera menyimpan catatan itu di tasnya dan berencana untuk
menyerahkannya kepada polisi.
Nareswari yang menyadari bahwa Sinta telah
mengambil catatan-catatan itu, segera mengikuti Sinta dengan diam-diam. Di
jalanan yang gelap dan sepi, Nareswari mengendap-endap mendekati Sinta dan
menyerangnya dari belakang. Sinta terjatuh, tetapi berhasil melawan dan
berteriak minta tolong. Nareswari panik, namun dengan cepat melarikan diri
sebelum ada yang datang.
Sinta yang terluka, berhasil diselamatkan oleh
seorang pejalan kaki yang kebetulan lewat. Dia segera dibawa ke rumah sakit,
dan polisi mulai menyelidiki kasus penyerangan ini. Sinta yang dalam keadaan
sadar, memberikan catatan-catatan yang dia temukan kepada polisi dan
menceritakan kecurigaannya terhadap Nareswari.
Polisi mulai menyelidiki latar belakang Nareswari
dan menemukan beberapa kejanggalan dalam hidupnya. Kejahatan-kejahatan yang
sebelumnya dianggap kecelakaan atau tindakan acak mulai terlihat memiliki pola
yang mengarah pada satu orang. Kasus pertama adalah kematian seorang tetangga
yang dianggap terlalu cerewet, yang tewas karena keracunan gas yang dicurigai
berasal dari pemasangan yang salah. Nareswari adalah satu-satunya orang yang
bisa mengakses rumah tetangga itu tanpa menimbulkan kecurigaan.
Kejahatan lainnya adalah kecelakaan yang menimpa
seorang rekan kerja yang pernah memarahi Nareswari di depan umum. Mobil rekan
kerja itu mengalami rem blong saat menuruni jalan curam, menewaskannya
seketika. Bukti-bukti yang ditemukan kemudian mengarah pada sabotase yang
dilakukan dengan sangat teliti.
Alasan di balik kelainan psikopat Nareswari
ternyata berakar dari masa kecilnya yang penuh tekanan. Ayahnya, seorang pria
yang sangat disiplin, sering memperlakukan Nareswari dengan keras, baik secara
fisik maupun mental. Ibunya, seorang wanita yang pasif, tidak pernah membela Nareswari
dan selalu tunduk pada suaminya. Nareswari tumbuh dengan kebencian mendalam
terhadap orang-orang yang dianggapnya menghalangi jalannya atau mengancam
posisinya. Perasaan tidak berdaya yang dirasakannya selama masa kecil
bertransformasi menjadi dorongan untuk mengontrol dan menghancurkan orang lain
sebagai bentuk pelampiasan.
Nareswari yang merasa semakin terpojok, mulai merencanakan
langkah berikutnya dengan lebih hati-hati. Dia tahu bahwa satu-satunya cara
untuk menyelamatkan dirinya adalah dengan menghilangkan Sinta selamanya.
Nareswari menyusun rencana yang lebih kejam dan
berbahaya. Dia menyusup ke rumah sakit tempat Sinta dirawat, dengan menyamar
sebagai salah satu staf medis. Dengan keahlian yang dimilikinya, Nareswari berhasil
memasuki ruang perawatan Sinta tanpa ada yang curiga. Di sana, dia menyuntikkan
cairan mematikan ke dalam infus Sinta.
Namun, nasib kembali tidak berpihak pada Nareswari.
Seorang perawat yang curiga melihat gerak-geriknya segera memanggil bantuan. Nareswari
yang ketahuan mencoba melarikan diri, namun polisi yang telah berjaga di
sekitar rumah sakit berhasil menangkapnya. Nareswari dibawa ke kantor polisi
untuk diinterogasi.
Di kantor polisi, Nareswari awalnya bersikeras
tidak bersalah. Namun, dengan bukti-bukti yang ditemukan di rumahnya dan
pengakuan Sinta, dia akhirnya tidak dapat mengelak lagi. Nareswari mengakui
semua kejahatannya, mulai dari rencana pembunuhan beruntun hingga upayanya
untuk melenyapkan Sinta.
Para penyidik yang mendengarkan pengakuan Nareswari
tidak bisa menyembunyikan keterkejutan mereka. Bagaimana mungkin seorang wanita
yang begitu cantik, alim dan terlihat baik bisa melakukan kejahatan sekejam
itu? Nareswari hanya tersenyum dingin, tanpa menunjukkan sedikit pun
penyesalan.
Nareswari dijatuhi hukuman penjara seumur hidup
atas kejahatan-kejahatannya. Keluarganya yang tidak percaya dengan apa yang
terjadi, merasa hancur dan terpukul. Mereka tidak pernah menyangka bahwa Nareswari,
anak yang selalu mereka banggakan, ternyata menyimpan kegelapan yang begitu
dalam.
Sinta yang berhasil selamat dari upaya pembunuhan
Nareswari, berusaha untuk melanjutkan hidupnya dengan tenang. Namun, bayangan Nareswari
dan kengerian yang dialaminya akan selalu membekas dalam ingatannya.
Di penjara, Nareswari tetap menjalani
hari-harinya dengan tenang, tanpa penyesalan. Baginya, semua yang telah dia
lakukan adalah bagian dari rencana besar yang telah dia susun dengan sempurna.
Dia hanya menunggu waktu untuk kembali melanjutkan rencananya, kapanpun itu
memungkinkan.
Tamat
Comments
Post a Comment