Wisesa
Penulis : Early Kusuma
Malam itu, Wigati merasakan sebuah tendangan halus dari dalam rahimnya. Ia tersenyum sambil mengelus perutnya yang semakin membesar. Namun, kebahagiaan itu segera berubah menjadi ketakutan ketika pintu kamar tiba-tiba terbanting keras tanpa angin yang berhembus. Lampu kamar berkelip-kelip seperti akan mati. Suaminya, Joko, berlari masuk ke kamar dengan wajah panik.
"Ada apa, Ma? Kamu baik-baik saja?" tanya
Joko dengan nada cemas.
Wigati hanya bisa mengangguk pelan, matanya masih
terpaku pada pintu yang kini tertutup rapat. Sejak mengetahui dirinya
mengandung, berbagai peristiwa aneh mulai terjadi. Barang-barang di rumah
sering berpindah tempat, suara-suara aneh terdengar di malam hari, dan beberapa
kali Maria hampir celaka tanpa sebab yang jelas.
Pada suatu malam yang penuh hujan dan petir,
lahirlah seorang bayi laki-laki yang diberi nama Wisesa. Sejak kelahirannya, Wigati,
ibu dari Wisesa, merasa ada yang selalu mengikutinya. Bayang-bayang hitam
sering muncul di sudut-sudut rumah, menatapnya dengan mata kosong yang
menakutkan. Ia tahu, anaknya ini istimewa.
Wisesa tumbuh menjadi balita yang berbeda dari
anak-anak seusianya. Pada usia tiga tahun, ia sudah mampu melihat dan
berkomunikasi dengan makhluk-makhluk yang tak kasat mata. Suatu malam, Wigati terbangun karena mendengar suara cekikikan di kamar Wisesa. Ketika ia masuk, ia
melihat Wisesa duduk di tempat tidurnya, berbicara dengan seorang anak kecil
yang tembus pandang.
"Mama, ini temanku. Dia bilang namanya
Angga," kata Wisesa sambil menunjuk ke arah anak kecil itu. Namun, yang
dilihat Wigati hanyalah kekosongan di udara.
Semakin bertambah usia, semakin banyak hal-hal
mistis yang dialami Wisesa. Di sekolah, ia sering melihat sosok-sosok yang
mengikuti teman-temannya. Ia juga sering merasakan kejadian-kejadian yang belum
terjadi. Ketika berusia tujuh tahun, Wisesa mendekati seorang temannya yang
sedang menangis di pojok sekolah.
"Ada apa, Beni?" tanya Wisesa.
"Bapak mau pergi jauh, aku takut," jawab
Beni sambil tersedu-sedu.
Wisesa menatap Beni dengan tatapan yang dalam.
"Jangan khawatir, Bapakmu akan kembali. Dia hanya akan pergi
sebentar."
Benar saja, beberapa hari kemudian, ayah Beni
pulang dari perjalanan bisnisnya dengan selamat. Sejak itu, teman-teman Wisesa
mulai menyadari keistimewaannya dan sering meminta bantuannya ketika mengalami
masalah.
Ketika beranjak remaja, Wisesa semakin sering
berinteraksi dengan makhluk-makhluk aneh. Suatu malam, dalam tidur lelapnya, ia
bermimpi didatangi oleh sosok tinggi besar dengan wajah yang tak dapat dilihat
jelas. Makhluk itu berbicara dalam bahasa yang asing, namun Wisesa bisa
mengerti.
"Kamu adalah jembatan antara dunia kami dan
dunia manusia. Banyak yang akan datang meminta bantuanmu," kata makhluk
itu sebelum menghilang dalam kabut tebal.
Sejak mimpi itu, Wisesa merasa semakin kuat dan
mampu mengendalikan kemampuannya. Ia sering membantu teman-teman dan
keluarganya dalam berbagai masalah, dari menemukan barang hilang hingga
memberikan petunjuk untuk masa depan.
Pada suatu hari, teman Wisesa, Lintang, datang ke
rumahnya dengan wajah pucat. "Wisesa, aku butuh bantuanmu. Adikku hilang,
dan aku tak tahu harus ke mana mencarinya."
Wisesa menutup matanya, merasakan energi di
sekitarnya. Ia melihat bayangan sebuah hutan yang gelap dan mendengar suara air
mengalir. "Adikmu ada di dekat sungai di hutan belakang sekolah. Kita
harus cepat sebelum malam."
Dengan bantuan Wisesa, Lintang berhasil menemukan
adiknya yang tersesat di hutan. Sejak itu, kabar tentang kemampuan Wisesa
menyebar luas. Orang-orang mulai datang meminta bantuannya, dan Wisesa menerima
takdirnya dengan lapang dada. Ia tahu, kemampuannya adalah anugerah yang harus
digunakan untuk kebaikan.
Waktu terus berlalu, dan Wisesa tumbuh menjadi pria
dewasa dengan kemampuan yang semakin matang. Suatu malam, ketika sedang
merenung di depan rumah, sosok tinggi besar dari mimpinya muncul kembali.
"Waktumu semakin dekat, Wisesa. Kamu akan dihadapkan
pada pilihan besar yang akan menentukan nasib banyak orang," kata sosok
itu.
Wisesa mengangguk dengan yakin. Ia telah menerima
takdirnya dan siap menjalani apa pun yang akan terjadi. Di dalam hatinya, ia
tahu bahwa kemampuan linuwihnya adalah anugerah yang harus dimanfaatkan untuk
membantu sesama.
Malam itu, dengan hati yang tenang, Wisesa menatap
langit penuh bintang, menyadari bahwa perjalanan hidupnya baru saja dimulai. Ia
adalah jembatan antara dunia manusia dan dunia makhluk astral, dan takdirnya
akan membawa banyak perubahan dalam kehidupan orang-orang di sekitarnya.
-Tamat-
Comments
Post a Comment